Pendakian Gunung Prau Via Pranten Kab.Batang Jawa Tengah


salah satu bukit di puncak Gunung Prau

Gunung Prahu, gunung dengan ketinggian 2565mdpl yang eksotis dan belum terjamah banyak manusia. Terletak di perbatasan kabupaten Batang, kabupaten Wonosobo, kabupaten Kendal.Ya, setidaknya ada tiga jalur pendakian yang mungkin untuk dilewati. Di Wonosobo bisa melewati jalur dieng, di kendal bisa melewati kenjuran, dan di Batang bisa melewati pranten yang kebetulan merupakan jalur yang sedang kami buat.
saya berangkat hari jumat tanggal  7 juni 2013 pukul 21:30 WIB menuju ke Subah, Kab.Batang. Kami sudah merencakan untuk berangkat pagi hari, dan untuk menghilangkan lelah saya sehabis ikut Pelantikan Lekmapala di Pulau Panjang Jepara, saya mau menginap dulu di Subah, tempat kediaman teman saya, Eko. Kami berangkat bersama 2 orang lain. Perjalanan sampai di Gringsing dan lampu motor saya mati. Nekat karena terpaksa tidak ada bengkel yang buka, saya lanjut sampai ke Subah. Syukur saya sampai dengan selamat. Semakin menambah mantab untuk mendaki karena ini sebagai pertanda bahwa saya diberi kesempatan untuk mendaki Gunung Prahu. Begitu kata hati saya.
Sesampai di Subah, saya disambut dengan kopi hangat yang sangat membantu membuka mata yang sudah lelah ini, hehe.
Pagi hari terbangun dan kita bersiap menuju Desa Pranten. Desa ini masuk Kec.Bawang dan merupakan desa yang berdekatan dengan Dieng. Setidaknya ada dua desa dilereng Gunung Prahu, saya agak lupa nama desa satunya. Perjalanan menuju Desa Pranten membuat saya sedikit de ja v. Seakan saya sudah pernah kesini. Ya, saya teringat, jalan ini mirip dengan jalan menuju Ranu Pani dari Tumpang. Bagi para pendaki yang sudah sering mendaki Gunung Semeru/Mahameru, nama ranu Pani tidak asing lagi. Itu adalah nama desa tempat pendakian Gunung Semeru/Mahameru dimulai. Desa Ranu Pani terletak di Kab.Lumajang, Kec.Senduro dan juga nama sebuah danau dari 3 Ranu (dalam bahasa Jawa Kuno, ranu adalah Air; genangan air; danau bentuk kecil; telaga) lainnya yang juga terletak di lereng Semeru. Ada Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo. Banyak orang yang belum mengetahui Ranu Regulo.
Oke kembali ke perjalanan saya. Berempat kami menyusuri jalan yang dikelilingi dengan pohon tinggi dan besar, tebing di kiri kanan, bahkan kadang jurang, dan tanjakan yang ekstrim. Ditambah aspal yang sudah rusak, terkadang hanya tatanan batu serta carrier 80 liter yang kami bawa menambah berat perjalanan. Mendekati Desa Pranten juga terdapat ladang-ladang penduduk sehingga kembali mengingatkan saya akan ladang sebelum masuk desa Ranu Pani.
Sesampainya di Desa Pranten, perjalanan sulit tadi terbayar habis setelah melihat di bawah sana terhampar luas lereng bukit yang indah. Seakan ingin punya sayap dan terbang dari atas sini.
Waktu menunjukkan pukul 11:30 WIB dan kami langsung menuju kediaman Pak Surip, guide lokal yang akan menemani pendakian kami. Sesampainya disana, kami disambut oleh 2 teman kami yang sudah sampai sekitar pukul 10:00 WIB.
Pukul 12:00 WIB, kami repacking carrier kami karena ketika kami di Subah, kami packing asal masuk. Pukul 13:00 kami selesai repacking, dan beberapa saat kemudian hujan turun dengan derasnya. Ahh, pertanda kami belum diperbolehkan untuk beranjak. Ahirnya, teh kembali dituang, dan sambil bercengkrama kami menunggu saat yang tepat.


  kanan: jalur via Pranten Kab.Batang, kiri: jalan menuju jalur pendakian via Dieng
klik untuk memperbesar
Sekitar pukul 15:00 WIB, hujan mulai reda dan kami berangkat. Karena hujan tadi begitu lebatnya, kami berunding untuk memutuskan apakah akan naik melalui jalur Pranten ini, atau memutar melewati jalur Dieng. Sebagai catatan saja, jalur yang akan kami buat ini, 2 minggu sebelumnya sudah dijelajahi oleh 7 orang termasuk Pak Surip dan gagal ditengah perjalanan karena track yang begitu beratnya. Bagi yang berminat track berat, boleh dicoba naik lewat sini. Jika diberi kesempatan, jalur ini menyediakan nephentes yang akan mengobati beratnya medan. Baik yang merah, kuning, maupun hijau.
Dikarenakan hari semakin sore, kami memutuskan untuk melewati jalur Dieng dengan konsekuensi lebih jauh karena harus berjalan kurang lebih 2 jam untuk mencapai jalur dieng dahulu. Selama perjalanan ke jalur dieng, kami saya dimanjakan dengan banyaknya pohon carica. Selama ini saya hanya bisa menikmati yang sudah di botol kaca tanpa mengetahui bagaimana bentuk pohonnya. Teman saya bercerita bahwa carica ini bukan tumbuhan endemik Indonesia. Melainkan berasal dari Meksiko atau Amerika Selatan. Pohon ini mirip pohon pepaya dan berbuah cukup banyak. Sayang, saya tidak membawa kamera saya. Hanya menggunakan kamera handphone sehingga cuaca yang sedikit mendung tidak memungkinkan untuk mengambil foto dengan detil.

Pertemuan antara jalur dieng dengan jalur dari desa Pranten Kab.batang
klik untuk memperbesar
Kumandang Adzan menggema ketika kami tepat diatas dataran tinggi dieng. Ini menjadi perdebatan kecil, mengapa kok tidak dikatakan pegunungan dieng?malah dataran tinggi?. Ya disini saya baru benar-benar melihat. Dieng itu datar, dan luas. Masih terlalu datar untuk dikatakan pegunungan. Yah, itu opini saya. Oh iya, disana ada beberapa PLTU Pertamina yang beroperasi. Setidaknya kami melihat ada 4 buah PLTU. Dari sini, pendakian akan dimulai.
Sempat kami tersesat beberapa kali karena jalan sudah gelap dan guide lokal sudah lama tidak naik melalui jalur ini, ahirnya kami sampai di tower repeater milik Pemerintah Prov Jawa tengah yang menandakan kita telah tiba dipuncak. Girang karena kami akan segera membuat camp dan menghangatkan badan menjadikan kami lebih semangat. Namun harapan kami segera hangat sedikit dipalsukan oleh teman kami, yang didepan dan pernah ke Gunung prau sebelumnya. Masih butuh sekitar 1 jam berjalan dan ahirnya kami menentukan untuk bermalam disebelah mana. Sekedar informasi tambahan, bahwa puncak Gunung Prau yang lebih dikenal sebagai Puncak Teletubbies dikarenakan bukit-bukitnya seperti rumah para teletubbies di film teletubbies yang sempat terkenal beberapa tahun yang lalu. Hal ini bisa juga ditafsirkan bahwa nama puncak ini masih baru yang bisa berarti juga bahwa Gunung Prau ini belumlah banyak dijamah orang.  
Ahirnya kami menemukan tempat yang cukup datar untuk bermalam. Saya melirik jam dan menunjukkan pukul 22:00 WIB saat kami mulai masak makanan.

pukul 07:00 WIB, terlalu terlambat untuk sebutan sunrise

View Dieng via puncak perahu
Paginya, aahhhhhh....Sunrise indah sekali kata teman. Kebiasaan jelek saya selanjutnya. Jika sudah dipuncak dan tidur, saya susah bangun. Rasanya begitu damai dan tenangnya tidur di keheningan ketinggian. Bebas dari polusi, dari bisingnya pikuk manusia serta rutinitas yang membosankan. Namun konsekuensinya adalah penyesalan tidak mendapatkan sunrise. Jadi saya lebih senang kalau Summit attack nya dilakukan dini hari. Sehingga saya tidak perlu susah bangun. hehe:D.
Pukul 07:00 WIB, kami sepakat untuk sedikit menyusuri luasnya puncak teletubbies. Saya jadi teringat mitos lokal yang mengatakan adanya pepohonan yang tumbuh di perbukitan (saya agak susah menyebut puncak atau perbukitan karena banyaknya bukit yang berarti banyaknya puncak juga) membentuk suatu format kotakan. Menurut mitos ketika malam hari ada orang yang secara sengaja dan tidak sengaja masuk ke format kotakan itu, akan hilang dan tak pernah kembali. Katanya ini sebagai gerbang gaib. Layaknya mitos di gunung sumbing via garung yang diminta berhati-hati untuk tidak melangkahi "oyot rimpang". Sebuah akar yang saya belum tahu bentuknya yang menurut kearifan lokal itu adalah gerbang gaib juga. Jika melangkahi maka akan terbawa ke dunia "sana".
Saya menemukan beberapa pohon yang mengumpul dan bertanya tanya. Inikah yang dimaksud? atau malahan bukan?
 
ah, apapun itu, saya hanya berniat untuk mengagumi ciptaan Sang Pencipta. Jadi sayapun yakin, Tuhan akan memberi kesempatan kepada saya untuk kembali pulang ke daratan dan mendapatkan pelajaran tentang ciptaan Tuhan. Jadi saya merasa aman dari mitos "format persegi" tersebut.


Sebenarnya kami ingin menelusuri bukit-bukit yang ada, namun guide lokal mengingatkan bahwa kami masih harus membabat hutan lebat untuk membuat jalan. Kemungkinan besar kami tersesat dan menjadikan perjalanan lebih lama dan lebih jauh. Sehingga kami berhenti di balik suatu bukit yang kata teman saya jika mengikuti jalur itu akan sampai pada jalur pendakian Gunung Prau via Kenjuran kab.kendal
Ujung perjalanan kami
Kami menikmati hangatnya sinar mentari dengan susupan vitamin D yang begitu banyaknya. Tidak terasa panas dan serasa segar di badan. Ditambah keakraban kami yang terbangun selama pendakian. Menolong saat ada yang terpeleset, menjaga teman agar tidak terjatuh ke jurang, menunggu dengan sabar saat ada yang lelah dan sering minta rest, dan berbagi makanan dan peralatan tanpa peduli ini milikku yang aku beli dengan uang sendiri, meredam ego demi kenyamanan bersama, menikmati pada beratnya medan pada setiap jejak langkah, dan menikmati rasa kekeluargaan yang lebih erat tumbuh dihati masing-masing. Semua itu dilakukan dengan tulus tanpa mengharapkan pamrih sedangkan kami baru saling berkenalan beberapa jam yang lalu. Sungguh suatu anugerah yang sangat jarang saya temukan di daratan. Dan mungkin ini alasan saya mengapa saya suka naik di ketinggian. Ini bukan mengenai penaklukan puncak tertinggi, ini mengenai penaklukan diri sendiri. Begitulah kata sir Edmund.
Selanjutnya bersambung ke :jalur pendakian yang dibuat..tunggu ya
ada cerita tentang penemuan kantung semar merah, kuning, dan hijau serta cerita penamaan pos-pos pendakian.

Comments

  1. lagi cari referensi pendakian ke Gunung Prau. aku merasa gagal menjadi orang wonosobo karena malah belum tau ada gunung Prau (saking sering ditonjolkannya Sikunir dan kawan kawannya).
    Insya ALLAH November ke sana. Brapa total perjalanan yang dibutuhkan untuk summit?
    Kalau liat dari ketinggiannya seperti Papandayan yang bisa tek tokan (pulang pergi satu hari)

    ReplyDelete
  2. pengalaman saya dari dieng (saya hitung dari batas perkebunan penduduk, karena saya tidak lewat basecamp dieng, hanya lewat saja diperkebunannya) sekitar 4jam sampai camp (puncak) saya atau sekitar 45 menit an dari tower radio repeater. kami jalannya santai karena ndak keburu. kalau model tek tokan, sayang mas, banyak hiden spot yang aduhai.. teman saya kayaknya mau naik bulan-2 itu. kalau masnya mau, nanti tak hubungin teman saya itu. mensyen aja di @rahmat_ady untuk fast respon mas :D

    ReplyDelete
  3. Pingin lewat Praten, cm blm ada kesempatan, salam tuk Aji ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. @ santri dan alam
      oke-oke.....kemarin ada sms dari aji katanya dia mau ke slamet..
      btw ini siapa ya?

      Delete
  4. perjalanan yang menantang...dekat kampung ku....

    ReplyDelete
  5. Kemarin tgl 7 saya baru turun dari gunung prau sungguh baru pengalam pertama kali saat supermoon berada d atas kepala indah memang tapi tantangannya lebih menantang angin yg berhembus kencang d tambah kabut yang tebal membuatku takut apa lagi hujan untung saya sudah mendirikan tenda ada lagi yang tekena hipo tetangga tenda saya jadi tambah takut sunggu pengalaman yg menurut saya ekstrim untuk pemula seperti saya

    ReplyDelete

Post a Comment